Ketika saya masuk ke PT Sigma Cipta Caraka atau sering disebut Telkomsigma pada Juni 2012, sebenarnya kondisi perusahaan ini sangat baik. Pertumbuhan bisnis juga positif. Dari pertumbuhan industri 20%, kami bisa tumbuh di atas itu. Namun, dibandingkan kompetitor yang lain, kami masih di bawah. Nah, oleh manajemen yang lama, kami dituntut menyejajarkan diri dengan perusahaan ICT (Information Communication Technology) yang terkemuka di Indonesia. Saya ingin Telkomsigma menjadi pemain ICT nomor satu di Indonesia. Dalam industri ICT banyak pemain asing, sementara pemain lokal di sini tinggal empat. Pemain asing ini memiliki kapasitas orang yang sangat bagus. Kualitas inilah yang kami coba tingkatkan terus supaya bisa setara dengan mereka. Caranya, kalau kami tidak bisa beradu dengan mereka, ya kami joint dengan mereka. Misalnya, kami kerja sama dengan IBM. Telkomsigma memiliki tiga portofolio bisnis, yaitu sistem integrasi, data center, dan manage service. Produk-produknya dikelompokkan dalam tiga grup tersebut. Hanya, memang belakangan ini kami mereposisi strategi untuk memperkuat data center dan mengelola layanan. Keunggulan data center kami pada jaringan yang di-backup penuh oleh PT Telekomonunikasi Indonesia Tbk (Telkom) sebagai induk perusahaan ini. Dengan begitu kekuatan kami ada di jaringan itu. Sampai saat ini klien kami sudah 250-an. Kebanyakan memang memiliki adopsi IT yang tinggi, seperti bank dan financial services. Kami banyak melayani di pasar itu. Sebelum saya masuk, Telkomsigma memang sudah main di data center. Hanya, ada panduan dari Telkom untuk lebih fokus menggarap data center. Pasalnya, margin EBITDA (laba usaha sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) di data center sangat bagus. Jadi, kami harus masuk ke bisnis yang benar-benar memberikan gain yang bagus. Namun, kontribusi data center terhadap pendapatan perusahaan saat ini masih sekitar 25%. Kontribusi dari sistem integrasi masih paling dominan. Porsi kontribusi bisnis dari masing-masing bagian di Telkomsigma adalah sistem integrasi 50%, data center dan managed services sebesar 25%. Ke depan, kami menargetkan kontribusi bisnis data center bisa lebih dominan. Harapannya data center bisa mendominasi sampai 60% tahun 2015. Kami melihat permintaan terhadap data center masih sangat besar. Sebab, orang yang hari ini mengurus IT sendiri perlahan-lahan akan fokus ke bisnisnya dan menyerahkan urusan IT ke perusahaan outsourcing seperti Telkomsigma. Jadi, kami ingin membesarkan data center karena marginnya bagus dan permintaan tinggi. Selain itu, kami memiliki kekuatan jaringan karena Telkom bisa memberikan bandwidth yang besar. Sementara itu, perusahaan data center lain agak kesulitan mendapat dukungan jaringan yang bagus. Di sisi lain, Telkomsigma merupakan bagian strategi bisnis Telkom. Telkom harus memiliki Telkomsigma. Ini strategi besarnya Telkom. Telkom memiliki portofolio TIMES yaitu telecommunication, information, media and edutainment, dan services. Nah, Telkomsigma berperan dalam aspek informasi. Kami jadi satu paket dengan Telkom dalam melayani pelanggan. Mengikuti pasar Untuk menggarap pasar data center, kami membangun kapasitas. Saat ini data center yang dimiliki 30.000 meter persegi (m2) di beberapa kota yaitu di Surabaya, Bogor, dan Jakarta. Tahun ini kami akan menambah data center di 20 kota baru, seperti Medan, Semarang, dan Bandung. Dus, tahun 2015, kami harapkan bisa membangun dan mengoperasikan data center di seluruh Indonesia dengan total luas 100.000 m2. Selain itu, kami akan melakukan pengembangan sumber daya manusia. Kami terus meningkatkan kapabilitas SDM dan juga bekerja sama dengan Telkom University. Saya menyadari betul, dalam bisnis ini kekuatan SDM menjadi faktor utama. Mulai tahun ini kami menambah 70 orang karyawan, yang sebagian diambil dari Telkom University. Strategi bisnis lain adalah mengikuti pasar karena model bisnisnya sudah berubah. Kalau dulu pasar itu memilih mengalokasikan belanja modal (capex), tapi sekarang memilih bayar bulanan. Nah, kami juga sama seperti itu. Jadi, orang tidak perlu beli hardware dan tidak beli space, cukup bayar bulanan dan kami yang mengerjakan IT mereka. Inilah yang kami sebut managed services. Terkait dengan pasar data center, kami tidak hanya menjual per rak tetapi menjual per lantai. Belum lama ini kami kerjasama dengan Huawei. Mereka akan mengakuisisi satu lantai, lalu akan dijual lagi ke perusahaan-perusahaan China di Indonesia. Nah, kami yang mengoperasikannya nanti. Kami melihat investor China memandang Indonesia itu pasar yang menarik. Perusahaan China melihat bahwa orang-orang Indonesia sangat sensitif dengan harga. Nah, perusahaan-perusahaan China ini masuk dengan menawarkan kualitas bagus tapi harganya rendah. Jadi ini peluang untuk Huawei. Huawei adalah mitra untuk penjualan, sementara IBM merupakan mitra dalam pembangunan data center. Kami juga akan mencoba bekerja sama dengan para mitra strategis yang baru. Tiga tantangan Dalam menjalankan strategi bisnis ini paling tidak kami memiliki tiga tantangan. Pertama, adalah people. Sejalan dengan pertumbuhan teknologi, kami harus meningkatkan orang-orang kami. Untuk masalah orang ini memang dipikirkan juga oleh Telkom Group. Kami ikutkan orang-orang kami di program Telkom Group. Maklum, perpindahan orang di perusahaan ICT itu sangat tinggi, terjadi bajak-membajak. Kami memiliki kendala di sini. Kami sudah melatih mereka, sudah bagus, eh diambil sama perusahaan asing. Jadi kami harus melatih orang baru lagi. Dengan perbaikan-perbaikan yang terus dilakukan sekarang, kami yakin para karyawan lebih lama bertahan di Telkomsigma. Kami terus berupaya memupuk kenyamanan kerja. Lingkungan kerja dibuat terbuka. Kalau di perusahan asing kan bicaranya hanya target, tapi kami lebih menawarkan kenyamanan kerja. Kami berharap tidak masalah materi yang terus dicari, tetapi kenyamanan kerja juga. Saat ini, jumlah karyawan 1.200 orang. Kedua, masalah produk. Produk-produk yang margin tinggi itu adalah produk buatan sendiri atau domestik. Kami berusaha membuat produk-produk yang bersaing dengan luar negeri. Kendalanya membuat produk sendiri adalah untuk sisi fungsionalitas sekarang kami bisa mengikutinya. Tapi, functionality ke depan biasanya orang luar negeri lebih paham karena terkait tren. Kami kesulitan melihat tren tersebut. Solusinya adalah kami kolaborasi dengan IBM. Ini cukup membantu menyelesaikan masalah. Ketiga, masalah profit. Di Indonesia itu deal-nya masih sensitif. Jadi orang lebih senang dengan harga murah. Karena itu, kami sekarang membagi-bagi segmen. Untuk perusahaan enterprise harganya premium, sementara yang di bawah diberikan harga yang disesuaikan. Kami memang fokus di enterprise karena memang profitnya masih bagus. Selain itu, kebutuhan IT di segmen tersebut sangat tinggi. Meski begitu, sejak memimpin Telkomsigma saya juga mencoba bermain di pasar usaha kecil-menengah. Kami akan melayani semua segmen dengan cloud computing. Memang belum banyak pasar yang dijaring di segmen itu, baru sekitar 5% sampai 7%. (Sumber: http://executive.kontan.co.id/news/kalau-tidak-bisa-beradu-dengan-asing-kita-join/2014/05/05)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *